
Mari kita renungkan, jika anda sudah menikah di atas lima tahun atau di atas 10 tahun. Apakah Anda masih suka intim berduaan dengan kekasih Anda? Apa artinya intim? Dua orang yang menikah, masih membutuhkan untuk berduaan saja tanpa diganggu.
Suami isteri masih senang berada bersama-sama. Orang yang intim mengaku kepada pasangannya,”Saya membutuhkan kamu sebagai seorang pribadi. Saya ingin berdekatan denganmu. Saya sangat menikmati kedekatan itu.”
Jadi, berduaan tidak dalam keadaan kesal, terpaksa dan tidak nyaman. Aduh, aku harus berdua sama dia. Temani dia lagi, temani dia lagi. Bukan seperti kucing dan anjing, kalau ketemu langsung berkelahi. Suami-isteri yang intim selalu ingin berdekatan dan saling membutuhkan. Terlebih lagi, mereka menikmati keberadaan itu.
Orang yang intim tidak membicarakan masalah benda atau objek saja. Tidak hanya membicarakan masalah-masalah di luar diri. Lalu apa yang mereka bicarakan?
Percakapan dibagi dua macam: Percakapan eksternal dan percakapan internal.
Percakapan Eksternal adalah percakapan tentang objek di luar diri. Misalnya: membicarakan anak, pekerjaan kantor, atau tetangga. Juga hal-hal lain yang mungkin tidak ada sangkut pautnya dengan diri. Okey itu perlu. Bahkan harus ada, karena kalau itu tidak ada, apa lagi yang bicarakan?
Masalahnya, kalau percakapan hanya sebatas itu saja. Saya yakin suami isteri BELUM mencapai keintiman sejati.
Intimasi sesungguhnya dibangun dari percakapan yang bersifat dari hati ke hati (heart to heart). Inilah Percakapan Internal. Suami isteri yang intim suka membicarakan hal-hal di luar diri, tetapi juga saling berbagi perasaan. Ada saatnya membuka perasaan kita APA ADANYA kepada pasangan.
Kita membagikan kekuatiran, kegelisahan yang dirasakan, ketakutan akan masa depan, ataupun sukacita, kesenangan dan kebahagiaan kita. Percakapan ini sungguh tidak tergantikan oleh orang lain. Artinya, hanya suami atau isterilah yang menjadi teman berbagi perasaan yang sangat tersembunyi itu.
Saya menemukan banyak orang tidak cakap membagi perasaan-perasaannya. Mungkin karena mereka sendiri tidak MENGENALI perasaannya sendiri. Tahunya,”Ah, mungkin saya miskin emosi”. Mereka acapkali merasa susah, tapi tidak tahu sebabnya. Bawaannya bete, ingin marah-marah terus. Kenapa saya begini? Ada orang tertentu yang sulit untuk membuka diri. Tidak mampu membagikan perasaannya.
Beberapa alasan yang mungkin menjadi penghalang untuk mengemukakan perasaan. Alasan tiap orang pasti beda-beda:
1. Malu. ”Ntar kalo saya cerita, malah diledekin lagi, nanti tidak menghormati saya lagi.”
2. Takut kehilangan. ”Ntar kalo saya cerita, dia akan meninggalkan saya.”
3. Tidak mengenali perasaannya sendiri. ”Wah, saya nggak punya perasaan apa-apa tuh.”
4. Tidak punya communicating skill alias tak bisa berkata-kata. ”Aduh, sebenarnya aku ingin sekali menceritakan perasaanku, tapi ngomongnya gimana? Mulainya dari mana? Ntar malah salah ngerti!”
Yang mana alasan Anda? Campur-campur bisa. Mungkin hanya satu, mungkin semuanya. Yang jelas, hasilnya sama saja, tidak mampu mengungkapkan perasaan.
Sejatinya, pembicaraan internal lebih sulit daripada eksternal. Pembicaraan internal menyangkut diri sendiri. Harus Open. Speak The Truth In Love. Sejak manusia jatuh dalam dosa, perasaan yang menguasai adalah M A L U. Kok Malu? Karena berton-ton dosa perlu dibungkus rapat-rapat. Jangan ketahuan!
Saya yakin jika hubungan dengan Tuhan sudah dipulihkan, Anda dapat telanjang emosi dan isi hati di hadapan pasangan. Mampu menceritakan perasaan-perasaan yang nun jauh ada di lubuk hati. Tidak pake malu. Ceritakan saja. Sementara itu, pasangan DILARANG menghina. Dengarkanlah dia...
Beberapa keuntungan yang didapat:
(1) Alangkah bahagianya jika di hadapan pasangan, kita mendapat penerimaan seutuhnya.
(2) Saling mengerti, ”Kenapa yah...dia berpikir seperti itu, merasa seperti itu? Kedengarannya aneh banget. Tapi dia kan kekasih yang kucintai, aku mau mengenalnya lebih dalam lagi.”
(3) Saling mendoakan, ”Oh, ternyata kelemahannya di situ. Yuk, aku doakan supaya Tuhan menolongmu.”
(4) Saling menolong, ”Saya tahu, jika saya berbuat ini, dia pasti akan susah sekali. Okey saya akan sabar sedikit.”
(5) Bersama-sama bertumbuh menjadi serupa Kristus,
(6) Akhirnya, jadi tambah intim. Suami istri makin lama menikah, makin apet. Makin tidak terpisahkan.
Berlatihlah untuk telanjang emosi dan isi hati di depan pasangan dengan nyaman.
Taken from Book GARAM & TERANG bagi Keluarga, Bab 2: Able To Communicate
0 komentar:
Posting Komentar