Sabtu, 26 Februari 2011

Surat Motivasi

“Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.”
Yakobus 4:14b
“Mencintaimu adalah anugerah terindah dalam hidupku yang tidak akan bisa tergantikan oleh apapun di dunia ini. Kehilanganmu adalah sejarah yang tidak akan terlupakan dalam hidupku.”
Dewa Klasik Alexander
“Karena cinta hati selalu berdoa  dan karna doa hati selalu belajar untuk mencinta”
Dewa Klasik Alexander




Masih ku simpan surat yang dia berikan kepadaku. Surat yang diberikannya sebelum ku bersenandung sebuah lagu terakhir. Lagu yang mengiringi keprrgiannya.
Dear Dewantara…

Tuhan menciptakan kamu dengan pikiran yang luar biasa dan kamu juga memiliki potensi yang tak ternilai di dalam dirimu. Namun, kamu hanya akan berprestasi dalam hidup ini ketika kamu mulai bekerja keras dan menyadari bahwa apa yang sudah kamu miliki saat ini bukan hanya sekadar kebetulan atau keberuntungan belaka. Jadi, raihlah impianmu dengan kerja keras yang disertai dengan doa.

Sebagai manusia yang memiliki hati dan pikiran, kita bebas untuk memilih apa saja dalam hidup ini. Namun satu hal yang perlu kamu ingat. Kita tidak bisa memindahkan tanggungjawab kita untuk ditanggung oleh Tuhan atau orang lain karena kita harus menanggungnya sendiri. Kamu ingin meraih impianmu atau tidak, semuanya terserah kamu. Namun, yang pasti aku akan selalu berdoa agar yang terbaik yang terjadi dalam hidupmu.
Tara…
Jangan pernah menyerah pada apa pun juga ketika kamu sedang meraih impianmu. Tidak ada alasan bagimu untuk menyerah. Orang yang gagal selalu mencari-cari alasan tapi orang yang mau berhasil selalu mencari jalan. Tahukah kamu bahwa berhasil di dalam hidup ini tidak hanya sekadar berada pada tempat dan waktu yang tepat tapi juga berada pada tempat dan waktu yang salah, namun tidak pernah menyerah.
Kamu boleh memiliki impian yang besar tetapi tanpa semangat, kerja keras, ketabahan hati, tahan uji, pantang menyerah dan bersandar kepada Tuhan, maka impianmu itu hanyalah sebuah fantasi atau khayalan belaka. Kamu tidak akan pernah melihat impianmu itu menjadi nyata dalam hidupmu. Yang ada kamu hanya bisa menikmati impianmu dalam pikiran atau imajinasimu saja. Pikirkanlah ini….

Tara…

Ketika kamu mulai putus asa, ragu, lelah atau hampir diambang kegagalan, ingatlah kembali akan impian yang ingin kamu raih. Impianmu itu akan menjadi sumber inspirasi yang akan selalu menguatkan kamu dan memberi kamu sebuah motivasi yang besar. Hidup ini memang keras tapi bukan berarti kamu harus menyerah begitu saja tanpa mencoba cara yang lain. Biarlah kesuksesan yang kamu temukan pada diri orang lain menjadi cambuk untuk kamu bangkit kembali. Kalau mereka bisa berhasil kenapa kamu tidak bisa seperti mereka. Bukankah Tuhan selalu menyertai kamu?

Jangan pernah takut untuk meraih impianmu. Ketakutan akan berkata lari, tetapi keberanian menghentikannya dan menggantikannya dengan kata “berjuang kembali sampai selesai”. Keberanian hanya akan lahir dari hatimu ketika kamu memiliki iman, pengharapan dan tujuan dari setiap langkah kakimu. Ingat, Tuhan akan menolong kamu jika kamu mau menolong dirimu sendiri. Iman yang kamu miliki akan menghapus setiap keraguan, kekuatiran, ketakutan, keputus asaan, kelelahan dan kegagalanmu.
Tara…
Disaat semuanya terlihat gelap, kamu harus tetap melihat sisi terangnya kehidupanmu. Milikilah iman, pengharapan dan percaya diri dalam meraih impianmu. Ketiga kata ini melebihi arti sebuah kata yaitu optimis. Dan yang membentuk percaya diri adalah sikap hatimu terhadap rasa percaya diri itu sendiri. Teruslah melangkah maju dan mengejar impianmu. Inilah saatnya impianmu yang lama terkubur dipikiranmu menjadi sebuah kenyataan. Akan selalu ada yang berdoa untukmu agar kamu bisa berhasil dalam setiap meraih semua impianmu. Jangan pernah menyerah sekali pun seolah-olah Tuhan belum campur tangan dalam persoalan yang sedang kita hadapi.

Dari yang mencintaimu. (*_*)
Agnes
######


Aku terbangun di tengah malam yang sunyi. Semua kenanganmu hadir dalam tidurku dan aku tersentak seketika saat mencoba untuk meraih kembali semua yang talah berlalu. Aku terhenyak dengan kepergianmu. Aku hanya bisa menitikkan butiran-butiran air mata di hening dan dinginnya malam.
Angin malam berhembus dengan lebut seolah berbisik, “Kuatkan jiwa hadapi gejolak hidup. Semuanya sudah tiada lagi dan hanya tinggal sebuah sejarah. Mimpimu hanyalah kenangan lalu coba datang dalam memorimu.”
Kamu hadir dalam hidupku seperti Oase yang membangkitkan hasrat untuk berbagi angan. Diantara keringat yang jatuh dan jantung yang berdetak liar serta dari dalam lubuk hatiku yang paling dalam aku katakan, “aku akan selalu rindu padamu.”
Kulayangkan pandanganku pada potretmu yang masih kusimpan.  Aku sendiri dan tanganku bergetar saat mengusap air mataku yang jatuh berkaitan dengan luka hatiku yang merindumu dan selalu mencintaimu. Tak sepatah kata pun yang keluar dari mulutku. Yang ada hanya wajahmu yang menari-nari diujung bola mataku. Senyuman manismu  masih bertapa di dalam relung pikiranku. Aku berdiri menatap sang purnama meski malam telah begitu sunyi. Hanya desiran angin malam yang jadi teman dalam kesunyian dan kerinduanku ini .


#####


Aku duduk sendiri di di salah satu bongkahan batu besar di pantai Cilincing. Dulu aku sering duduk di sini. Tapi tidak sendiri seperti saat ini. Ini tempat kegemaranku dan Agnes untuk menikmati sunset yang indah. Mendengarkan suara ombak kecil yang terus menerus berkejaran tanpa lelah. Merasakan sentuhan angin sepoi-sepoi.
“Tumben sendiri, De?” Entah sudah beribu kali orang bertanya kepadaku dengan pertanyaan yang sama. Aku tahu mereka mencari sosok Agnes. Aku selalu menjawab sambil tersenyum pahit, “Agnesnya lagi pergi… Mencari madu di taman bunga!”
Aku sering datang dan duduk di bongkahan batu ini hanya untuk menikmati kenangan yang pernah ada. Aku tidak pernah bosan apa lagi mengeluh karena aku yakin, dia akan datang menemuiku. Semuanya hanya masalah waktu. Berapa lama pun aku harus menunggu aku akan tetap menunggu. Meski sampai laut yang ada di hadapanku sampai mengering. Aku tidak mempermasalahkan waktu yang aku buang untuk menunggu dia karena aku terlalu sayang dan mencintainya.
Jangan pernah tanyakan kepadaku sampai kapan aku harus disini menunggunya karena aku tidak memiliki jawabannya. Hanya Tuhan yang tau jawabannya. Simpan pertanyaan itu. Aku menikmati setiap detik yang ada.
Aku ingin menjenguknya. Ingin sekali. Namun aku harus mengurungkan niatku karena orang tuanya tidak mengizinkan aku menemuinya yang terbaring lemah di rumah sakit karena kanker otak.
Tetesan air mata yang membasahi pipi putihku mengalir. Air mata ini adalah darah yang keluar dari hatiku. Hati seorang pria yang kehilangan kekasihnya. Tangisan kepedihan yang tak terobati. Tangisan sendu tanpa penglipur lara.
Tanpa terasa, malam menyapaku setelah mentari beradu di singgasananya. Langit tak berteman. Tak ada bintang dan rembulan. Yang ada hanya pekatnya malam. Sepekat dan sekelam kisah dan cintaku. Aku disini hanya ditemani sepi. Aku merindukan suaranya. Aku merindukan cubitan mesranya. Aku ingin melihat senyuman manisnya. Aku ingin dia disisiku.
Aku melemparkan pandangan ke pantai yang ada di belakangku. Memoriku merekam dengan kuat kisah yang ada disana.
#####


“Aku ingin mengajak kamu ke suatu tempat! Kamu pasti suka tempatnya!” kataku kepada Agnes dengan bersemangat!
“Kemana?”
“Ada deh! Kamu ikut aku aja!”
“Ngga mau! Kasih tau dulu nama tempatnya.”
“Kalo aku kasih tau sekarang ntar kamu ngga suprise!”
“Jadi mau ngasih kejutan nih ceritanya?”
Aku hanya menjawab pertanyaan Agnes dengan tersenyum. Aku memegang tangannya dan berjalan bersamanya meninggalkan rumahku. Ketika hampir tiba di tempat tujuan. AKu menutup matanya dengan sapu tangan yang sudah aku persiapkan.
“Ngapain sih pake tutup mata segala?”
“He…he…he…Namanya juga kejutan!”
Dengan hati-hati aku melepaskan penutup mata yang masih menutup kedua bola matanya yang indah. Aku tersenyum manis melihat ekspresi Agnes begitu melihat apa yang telah aku persiapkan dengan rapi.
“Wouw….” ucap Agnes dengan ekspresi takjub. Terposona. Detik berikutnya dia menyeka air mata keharuan dan kebahagiaan yang tiba-tiba menetes. Bibir lembutnya mengikuti bait-bait lagu yang dinyanyikan pengamen yang telah aku siapkan.
Jika Ada Cara Baru Tuk Mengungkap Rasa Rindu
Aku Ingin Tahu…Aku Ingin Tahu
Jika Ada Cara Yang Belum Di Cipta Untuk Cinta
Aku Ingin Bisa…Aku Ingin Bisa

Saat Semua Kata Kehilangan Makna
Saat Segala Upaya Terasa Hampa
Sekaranglah Itu Beginilah Aku
Berdiam Tanpa Daya Hanya Karena Kehadiranmu
Sementara Jiwamu Ingin Berseru
Setengah Mati Ingin Ku Bilang

Jika Ada Nada Baru Tuk Nyanyikan Aku Cinta
Aku Kan Bernyanyi…Aku Kan Bernyanyi
Jika Ada Kata Yang Belum Di Cipta Oleh Pujangga
Aku Kan Bersuara…Aku Kan Bersuara

Saat Semua Resah Meluluh Sayapnya
Saat Yang Kumiliki Hanya Nafas Ini
Sekarang Lah Itu Beginilah Aku
Hanya Detak Jantungku Yang Mampu Jujur Kepadamu
Sementara Lidahku Beku Dan Keluh
Setengah Mati Ku Ingin Menghilang




( Marcell ft. Karen Pooroe – Bukan Lagu Cinta )

“Hanya ini yang bisa aku berikan di ulang tahun kamu,” ucapku setelah pengamen tersebut pergi setelah selesai menyelesaikan tugas mereka.
Aku dan Agnes menyapu pandangan kami ke hamparan pasir putih yang mendadak menjadi indah. Di antara hamparan itu tersusun rapi kulit kerang yang berbentuk hati besar dan di dalamnya ada tulisan HAPPY BIRTHDAY Agnes!!!
“Aku harap kamu suka!”
“Mhmm…”
Aku menatap Agnes menunggu komentarnya.
“Aku suka banget! Apa lagi bunga mawar kuningnya!”
“Kuning, warna kesukaan kamu.”
“Seberapa besar kamu menyayangi aku?”
Aku kaget dengan pertanyaan yang baru aku dengar. Aku diam sebentar.
“Seluas lautan yang tak bertepi!”
“Gombal! Kalo kamu memandang jauh sepertinya laut itu tak bertepi tapi sebenarnya kita sedang berdiri ditepian itu. Bukannya kita sedang ada di tepi pantai? He…he…he…”
“Ha..ha..ha.. Benar juga ya!”
Kami terdiam dan larut dengan pikiran kami masing-masing.
“Apa aku boleh jujur?” kataku dengan suara pelan.
Agnes menatapku dengan tatapan kebingungan yang kemudian berganti dengan senyuman manis lalu disusul suara tawa yang lembut.
“Aku suka orang yang jujur!”
“Kalau begitu, aku akan jujur dengan perasaanku. Aku mencintaimu! Aku tidak bisa membohongi perasaanku kalau aku terlanjur jatuh cinta padamu!”
“Aku rasa kamu sudah tau jawabannya, De! Aku tidak punya alasan untuk tidak menyayangimu. Tapi….”
“Tapi apa?”
“Kamu sendiri tau keadaan aku? Aku jauh lebih memilih kita menjadi seperti kakak dan adik. Aku rasa itu yang terbaik untuk kita berdua.”
“Aku tidak pernah peduli dengan keadaan kamu karena aku tau resiko mencintaimu adalah menerima semua kekuranganmu.”
“Tapi De! Ini berbeda! Aku ngga mau kamu akan terluka! Aku ngga mau kamu kembali merasakan sakitnya kehilangan orang yang kamu cintai untuk kedua kalinya!”
“Percayalah, aku sudah pernah merasakan ditinggalkan untuk selama-lamanya. Aku akan jadi lebih siap jika…” suaraku mendadak hilang. Aku sendiri tidak sanggup melanjutkan kalimatku.
“De… Semua orang tau kalo aku ngga akan hidup lebih lama lagi!”
“Tapi aku percaya mukjizat itu terjadi. Kamu akan sembuh!”
“Aku juga percaya tapi kita harus realistis! Kalo ternyata Tuhan ngga sembuhkan aku?”
Aku terdiam.
“Aku bisa menggangapmu seperti adikku sendiri tapi aku tidak bisa mengubah perasaan aku padamu. Aku terlanjur mencintaimu.”
“Tapi ini untuk kebaikan kamu, De! Ketika aku dekat denganmu aku menemukan sosok Mario dalam dirimu. Alasan aku dekat denganmu karena aku mendapatkan apa yang pernah aku dapatkan dari Mario, almarhum kokoku! Aku rasa ini yang terbaik buat kita.”
Agnes melangkah pergi dan meninggalkanku. AKu hanya berdiri terpaku memandangnya pergi. Aku tidak memiliki kekuatan untuk melangkah dang mengejarnya.
#####
Aku berdiri terpaku melihat wajah pucat Agnes yang terbaring lemah. Hati kedua orang tuanya luluh juga ketika Agnes memohon untuk bertemu denganku meski hanya sebentar saja.
Ya Tuhan! Sunggu aku tak sanggup melihat gadis pujaanku menahan rasa sakitnya.
Agnes menatapku dan tersenyum tipis. Aku menghampirinya dan menggengam tangannya.
“Aku masih percaya dengan mujizat! Kamu harus kuat.”
“Cepat atau lambat semua manusia pasti akan meninggal dunia. Hanya masalah waktu,” ucapnya pelan.
Aku terdiam.
“Aku ingin kamu membaca isi surat ini besok,” kata Agnes sambil menyerahkan sebuah amplop berwarna kuning.
Aku menerimanya lalu menyimpannya di saku celanaku.
“Aku mencintaimu,” bisikku pelan.
Air matanya jatuh membasahi pipinya.
“Bisakah kamu menyanyikan sebuah lagu untukku?””
Aku tersenyum dan mengiyakan.
“Aku ingin dengar lagu, Dia mengerti.”
Terkadang kita merasa
Tak ada jalan terbuka
Tak ada lagi waktu
Terlambat sudah

Tuhan tak pernah berdusta
Dia s’lalu pegang janji-Nya
Bagi orang percaya
Mujizat nyata

Reff:
Dia mengerti, dia peduli
Persoalan yang sedang terjadi
Dia mengerti, dia peduli
Persoalan yang kita alami


Namun satu yang dia minta
Agar kita percaya
Sampai mujizat menjadi nyata
Tuhan mengerti

(Dia mnegerti- Delon)
“Agnes!!!!!” Aku berteriak keras saat menyadari Agnes tak lagi bernafas dan memejamkan matanya setelah aku menyelesaikan lagu permintaannya.

#####



Penulis: Dewa Klasik Alexander

0 komentar:

Posting Komentar