Isteri sebagai Teman
”Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.”
Jelas satu kesalahan jika kita berpikir, setelah menikah, akhirnya terjebak dengan orang yang akan menyalahkan kita seumur hidup. Sejatinya waktu kita menikah, Rasul Petrus berkata apa? Tuhan telah memberikan kepada kita seorang teman. Puji Tuhan! Seorang TEMAN! Seorang BEST FRIEND!
Firman Tuhan mengatakan bahwa isteri adalah teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan. Disinilah indahnya, suami-isteri yang menikah bukannya terjebak dalam proses saling menyalahkan seumur hidup. Tapi melalui kehadiran Tuhan Yesus dalam pernikahan, suami-isteri bersama-sama menjadi ahli waris dari kasih karunia Allah, yang adalah KEHIDUPAN. Pepatah bilang, terapung sama hanyut, terendam sama basah.
Menjalani kehidupan sehari lepas sehari, semestinya mengundang Roh Kudus untuk memakai emosi dan pikiran, menggunakan segenap kemampuan. Supaya kemenangan Kristus Yesus atas dosa, nyata melalui diri kita. Mendemonstrasikannya harus tidak putus-putus seumur hidup sampai maut memisahkan.
Jadi, prinsip dasar komunikasi sebenarnya adalah ‘best friend’. Suami isteri temanan bukan musuhan. Karena jujur saja, kalau terus-terusan disalah-salahin, lama-lama pusing juga dan ga pengen dekat-dekat, kan?
Firman Tuhan berkata: “Jadilah teman!” Orang yang berteman saling menjaga perasaan. Supaya tidak menyakiti, kita memikirkan dan memilih kata-kata yang baik buat mereka. Kita emoh mendemonstrasikan dosa, tetapi secara sengaja mau berusaha agar sang teman melihat Kristus hadir dalam diri kita.
Ini bagian yang penting sekali! Coba pikirkan...Sebentar saja....Waktu kemarahan menguasai, di mana Kristus? Waktu power mengata-ngatai pasangan muncul, adakah Kristus di sana?
Kalau kita bisa stop sejenak dan berpikir sedikit saja, tentu sangat menolong. Dimanakah Tuhan waktu kita ingin marah ataupun berdosa mencela pasangan?
Kalau Tuhan di sini. Apa yang akan dilihat-Nya? Apa yang akan didengar-Nya?
(bersambung)
Best Regards,
Ev. Chang Khui Fa
Rabu, 16 Maret 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar